Senin, 21 Januari 2013

roboh

lagi, hujan mengguyur hati luna. tak bosan-bosannya terjun bebas sampai menggenang layaknya jakarta. ada dilema yg mengharuskannya membobol bendungan rasa yg telah lama terjaga. 
kabar angin itu hinggap saja ke telinga luna. tak hanya menggetarkan lapisan-lapisan gendang telinga, tetapi jga menembus masuk, jauh ke dalam diri luna.
lagi, luna melihat layar hp miliknya. diketiknya nama Raditya Putra Hadiyanto.
sudah lama sekali ya dit? tapi sudahlah. luna dengan mudah menghapus huruf yg tertera di layar, tak semudah sosok radit yg perlahan sudah mulai mengerak.

~~~~~~****~~~~~~

"pinjem hp dong rin, mau bajak ah" tangan luna dengan sigap merebut hp karin yg tergeletak tak berdaya di meja warung bakso Pak Wahyu. karin yg tengah melahap bulatan2 baso itu hanya pasrah melihat smartphone nya itu dirampas oleh sahabat karibnya.
namun luna tiba-tiba membisu, beku. bahkan balok-balok es di dalam gelas es teh manis karin pun mungkin jauh lebih hangat dibandingkan luna saat itu. dengan kaku luna mengambil hp miliknya dan menghubungi seseorang.
"lo dimana? oh, oke" luna pergi meninggalkan karin bersama semua tanda tanya nya. dengan bisu layar hp nya yg ditinggalkan luna menyaratkan sesuatu. karin tersenyum miris.

~~~~~~***~~~~~~

sudah 5 menit luna terpaku di depan pintu. ada dilema yg berkecamuk dalam dirinya. recent update yg berisi emoticon :s sebanyak 5 buah itu menyobek sulaman yg bertahun-tahun telah ia rajut. layaknya lapisan-lapisan tubuh yg disobek pisau operasi di ruang ICU rumah sakit ternama.
radit sakit. sepertinya parah. karna luna tahu, radit tak pernah mengeluh sakit. 
kekhawatiran menggiring kaki-kaki kecil luna memasuki ruangan 5x7 meter persegi itu.

"hai lun, long time no see yaa. hahaha" radit menyapa dgn tubuhnya terbaring tak berdaya.

 iya!! long time dit!! long time banget. jeritan-jeritan itu berteriak-teriak di hati luna.

"sakit apa lo?" singkat. padat. jelas

"ah, biasa inimah, kecapean aja. cuma mampet, mual, pusing sama demam dikit aja. dipake tidur seharian juga sembuh"

tak ada yg berubah dari radit. cara ia bicara, senyumnya, tawanya, hanya tubuhnya saja yg terlihat agak lebih pucat. luna terbang melintasi waktu menuju 4 tahun yg lalu. kelenjar air matanya tak lagi kuasa membendung awan hitam di hati luna.

"eeeeehhhh nih bocah kenapa malah nangis sih, gue gapapa. seriusan deh. kata dokter cuma tipes sama DB, udah banyak yg kaya gitu jga sembuh ko. udah ah, jelek tau nangis gitu makin kaya bocah nanti"

bocah. panggilan yg masih melekati luna karna radit. disaat kakak lelaki semata wayangnya, indra, tak lagi menggunakannya semenjak ulang tahun ke 20 nya 3 tahun lalu. dan air matanya semakin mengalir deras. bukan karna penyakit radit. tapi karna ia gagal mempertahankan dinding yg sudah susah payah ia bentuk. tak hanya roboh, kali ini benar-benar hancur. sampai tak ada 1 senti pun yang muncul ke permukaan.

luna menghambur ke pelukan radit, air matanya turut membasahi baju radit. seperti jarigan parut miliknya yg kembali basah.
usapan lembut radit mengiringi isakan tangis luna.
"cepat sembuh radit"
 bisik halus yg ternyata membuahkan sunggingan senyum di wajah radit

Minggu, 20 Januari 2013

aku bermimpi

aku pernah bermimpi
kau pecahkan tembok keraguan yang penuh tanda tanya

aku pernah bermimpi
jemari tanganmu menarikku jika bermain terlalu jauh

aku pernah bermimpi
kau ciptakan benteng yg kokoh ketika aku rapuh

aku pernah bermimpi
ulas kecupmu meruntuhkan rasa takutku

fantasi itupun masih senang berlari-lari dalam benakku
sedikit tertawa kecil melihatku tak berdaya
aku bisa apa?

terkadang, mimpi hanya sebagian ego dan superego yg tekubur di alam bawah sadar
tak punya daya untuk keluar dari makam impian
begitupun aku

dulu, celotehnya terus menghantuiku
"sudahi saja bodoh!"
kenapa aku? sampai kapan?

kata orang mereka akan kembali jika punya mesin waktu
"aku ingin melupakanmu" itu jawabnya. tapi tidak bagiku 

ya, aku pernah bermimpi
hanya mimpi :)

Senin, 07 Januari 2013

Kamu itu. . .

kamu itu misteri
kisah semu masa lalu
dalam diam anganku penuh tanya

kenapa tidak pergi saja?
kenapa kembali?
kenapa aku?
kenapa?

kamu itu awan
nyata tapi fana
bahkan genggamanmu pun masih terasa.
bukan di raga tapi di hati

kamu itu . . .
cinta